Senin, 06 November 2017

TERBUNUHNYA SANG NABI




TERBUNUHNYA SANG NABI

Sinopsis:

Sebuah kampung kecil bernama Sumpang Ale yang terletak di kaki gunung Bawakaraeng dilanda paceklik berkepanjangan. Sudah dua tahun, warga tidak tidak bisa lagi memanen padi mereka, tanaman padi mereka diserang hama misterius. Sebagian warga Sumpang Ale percaya bahwa kampung mereka dikutuk oleh penjaga gunung Bawakaraeng dan gunung Lompobattang, karena mereka tidak lagi menjaga alam dan lingkungan mereka. Mereka seenaknya menebang pepohonan yang sesungguhnya menjadi tempat tinggal para makhluk halus penjaga kedua gunung kembar tersebut. Sebagian warga yang lain percaya bahwa kampung mereka mendapat kutukan karena imam kampung Sumpang Ale bersikap tidak jujur dan adil.

Di tengah kegalauan dan kekalutan hati warga, tiba-tiba kampung Sumpang Ale digemparkan oleh peristiwa aneh. Seorang petani yang bisu dan tuli bernama Jamalang Kundung hidup kembali setelah empat malam menghuni kubur. Dan yang paling menggemparkan warga, setelah bangkit dari kuburnya, Jamalang Kundung bisa berbicara. Hanya saja suaranya mirip suara perempuan, pun gayanya mirip perempuan.

Sebagian besar warga Sumpang Ale percaya bahwa Jamalang Kundung adalah seorang bissu (pemimpin ritual dalam kepercayaan Bugis Kuno). Ia sengaja diutus oleh penguasa gunung Bawakaraeng dan Lompobattang untuk menyelamatkan kampung Sumpang Ale dari paceklik.

Imam Kampung, Puang Mattuang, yang juga saudara kandung dari kepala Kampung bernama Puang Semmang, merasa mendapat saingan dengan kemunculan Jamalang Kundung. Puang Semmang pun berusaha melenyapkan Jamalang Kundung. Tetapi sebelum melenyapkan Jamalang Kundung, ia juga berusaha mendapatkan ilmu kesaktian dengan bersemedi di bekas kuburan Jamalang Kundung. Tetapi rupanya, selain berusaha mendapatkan ilmu kesaktian, Puang Mattuang juga mengejar cinta seorang janda muda bernama Beccekong.

Jamalang Kundung akhirnya mempunyai dua pengikut bernama Mappiasse dan Mappabenteng. Kedua murid tersebut mendapat pengajaran dari Jamalang Kundung yang ia sebut sebagai ajaran kebenaran. Lewat mimpi-mimpinya, Jamalang Kundung mengajarkan bahwa kebenaran itu bukan di luar tetapi di dalam hati. Bahkan Jamalang Kundung berpendapat bila ada orang pergi berhaji di Tanah Suci Mekkah tetapi di kampung orang tersebut masih ada orang kelaparan maka ibadah haji orang tersebut tidak sah, malah ia dianggap berdosa.

Puang Mattuang dan sebagian besar warga Sumpang Ale menganggap bahwa Jamalang Kundung adalah seorang nabi palsu yang mengajarkan ajaran sesat. Puang Mattuang dengan didukung tetua kampung dan warga berusaha melenyapkan Jamalang Kundung. Pada suatu malam, mereka membakar rumah Jamalang Kundung. Tetapi Jamalang Kundung berhasil diselamatkan oleh kedua muridnya dan sekelompok waria yang diam-diam menjadi murid Jamalang Kundung. Ia pun dibawa dan disembunyikan di puncak gunung Bawakaraeng.

Meski Jamalang Kundung sudah terusir dari Sumpang Ale, tetapi rupanya ajaran kebenaran Jamalang Kundung masih berakar di kampung tersebut. Bahkan semakin banyak warga lebih percaya terhadap ajaran kebenaran Jamalang Kundung daripada mengikuti ajaran agama yang didakwahkan oleh Puang Mattuang.

Tak lama setelah Jamalang Kundung terusir dari Sumpang ale, kampung tersebut mendapat pengaruh dan menjadi basis perjuangan DII/TII (Darul Islam Indonesia/ Tentara Islam Indonesia) dibawah pimpinan Kahar Mudzakkar yang merupakan afiliasi dari DII/TII Jawa Barat pimpinan Kartosuwiryo. Para pengikut aliran kebenaran Jamalang Kundung termasuk para waria pun dibunuh dengan sadis oleh pasukan DII/TII rayon Sumpang Ale pimpinan Puang Mattuang. Bahkan Puang Mattuang juga berhasil membunuh Jamalang Kundung dan pengikut-pengikutnya di atas gunung Bawakaraeng.

Penulis: Dul Abdul Rahman
Penerbit: Kakilangit Kencana Jakarta
Cet.1 : Maret 2017
 

1 komentar: